July, 02 2012
Happy Monday!
Hello fellas!
Selamat datang dipostingan yang ke 81 ^^
Baru saja selesai makan siang dengan lauk ikan goyeng, sayur bayam campur jagung manis, dan tiga butir obat untuk radang tenggorokan. Oke, aku memang lagi kurang sehat belakangan ini, doakan cepat sembuh ya! Hahaha *masih sempet posting blog*
Setelah lama ga makan masakan mama, makan siang tadi rasanya benar-benar Mantap Tuenan! Sayurnya, sambalnya, ikannya, walah pengen nambahlah pokoknya.. >_<
Eit, tunggu dulu bukan itu yang mau ku ceritakan kali ini.. -____-‘)
Jadi tadi sambil makan siang aku nonton Metro TV, beritanya mengangkat tema mengenai Museum yang ada di Indonesia yang jumlah pengunjungnya berkurang dari tahun ke tahun. Dan beberapa museum yang ditayangkan di antaranya baru saja aku kunjungi beberapa minggu yang lalu. Yah, sebenarnya sih udah lama mau posting tentang itu tapi belum sempat.. Gimanalah ya, orang sibuk. *ditimpuk sandal*
Semuanya berawal dari 9 Juni yang lalu. Setelah terbebas dari segala hal yang berkaitan dengan
UAS, LAPORAN, LAPORAN, LAPORAN, PRAKTIKUM, dan lain lain, aku (
@na_bilabhila) dan teman unyuku
@hey_hilda *promo twitter* pergi ngebolang bersama. Ini adalah perjalanan ketiga kami berdua ngebolang bersama. Yap, sebelum tes Snmptn tahun lalu kami berdua sudah mengikat janji akan main ngebolang bareng kalau sama sama diterima di UI. Menjelajah kota Jakarta, tanpa tahu persis jalan menuju ke tempat yang akan kami kunjungi. Yeah!
XD
Kota T(oe)ua, Jakarta (part.1)
Pukul 10.00 wib kami berangkat dari stasiun UI. Menurut kabar yang beredar, lokasi kawasan Kota Tua itu dekat dengan stasiun Kota, Jakarta Pusat. “Tinggal jalan kaki dari stasiun kota Nab,” kata temanku (
@rukiichan).
KRL hari itu penuh sekali, padahal hari Sabtu loh. Setelah hampir satu jam, kami turun di stasiun Kota. Menuju pintu keluar dan mencari papan penunjuk jalan. Entah kenapa tiba-tiba aku ingat pesan dari temanku ..
“Kalo ke Kota Tua, yang wajib kamu datengin itu Museum Bank Indonesia sama Museum Fatahillah Nab!” (by. Sensei @rukiichan).
Di papan penunjuk jalan tertera bahwa Museum Bank Mandiri dan Museum Bank Indonesia terletak di seberang stasiun kota. Aku refleks mencari jembatan penyebrangan, tapi sayang sekali disana tidak ada jembatan penyebrangan. Setelah kebingungan hampir 3 menit, aku kemudian baru sadar kalau satu-satunya cara menyebrang adalah lewat jalan bawah tanah. OMG, keren banget. Aku baru tau kalau ada jalan bawah tanah di Indonesia. Sayang sekali aku keasyikan dan lupa foto-foto disitu.. *norak* *maaf lahir di desa*
Pintu keluar jalan bawah tanah itu, tepat berada di samping Museum Bank Mandiri. Tanpa basa basi sekaligus untuk menyingkat waktu, kami langsung buru-buru masuk ke dalam museum tersebut.
Yep, seperti museum-museum yang ada (di Indonesia) pada umumnya, tempat inipun sepi pengunjung. Awalnya ku kira kami harus membayar untuk bisa masuk, tapi ternyata tidak. GRATIS TIS TIS J
Tertempel di dinding Museum: Mesin tik, telepon, mesin fax dari masa ke masa
Tata ruang
museum ini cukup unik, disatu sisi banyak sekali benda-benda tua seperti mesin
tik sejak zaman baheula, telepon tempo doeloe, hingga catatan pembukuan nasabah
bank mandiri sejak zaman antah barantah. Selain itu ada juga patung-patung yang
seolah-olah menggambarkan berbagai kesibukan para staf bank zaman dulu.
Eit, ada yang hilang? :p
Pertama kali masuk ke dalam museum ini, para pengunjung akan disambut oleh para petugas yang terletak di balik tempat yang mirip dengan teller bank masa lampau. Selain itu, ada sesuatu yang menarik perhatianku. Kaca Patri! Keren banget. terdiri dari 5 kolom yang mengisahkan tentang 4 musim yang ada di Belanda. Musim Semi, Panas, Salju, dan Gugur. Juga menceritakan tentang kapal-kapal VOC yang terkenal dan melegenda serta nahkoda kapal belanda yang pertama kali datang menjelajah ke Indonesia,
Cornelis de Houtman. Di kolom bagian tengah kaca tersebut menggambarkan tentang
Indonesia. Negeri kemakmuran
:)
Museum Bank Mandiri ini terdiri dari dua lantai. Tepat saat aku dan teman
unyuku Hilda berkunjung ke sana, ada beberapa ruangan yang sedang direnovasi. Ah sayang sekali~
Hilda dan buku tua zaman baheula
Meskipun sepi oleh pengunjung umum, museum ini seringkali terlihat lebih ramai dengan adanya acara-acara yang diadakan pemerintah untuk menarik pengunjung museum, seperti acara yang baru saja berakhir ketika aku dan Hilda sampai di museum (ah, lagi-lagi gini.. -___-), nge-JAM di Museum judulnya. Kadangkala ada juga anak-anak tingkat SD atau SMP yang berkunjung kemari dalam rangka out door study dari sekolahnya.
dari kiri ke kanan: Selasar dalam Museum, Kulkas kayu zaman baheula, Mesin pembukuan rekening zaman baheula, pola unik lantai museum
Mengasikkan sebenarnya, tapi karena diburu waktu, kami berdua segera mengakhiri penjelajahan museum Bank Mandiri. Sampai Jumpa!
^^
with beauty smile,